Rabu, 24 Januari 2018

5 Tips Hemat Di Bulan Puasa Ala Anak Kost



             Aku makan tiap hari
            Kadang hanya makan mi
            Gimana gak kurang gizi
            Wesel datang tak pasti
            Ibu kost tak mau mengerti
            Nagih sewa bulan ini
            Hidup sangat sedih ...
            Uhh ... nasib anak kost, ya nasib anak kost
                        Petikan lagu Nasib Anak Kost yang dipopulerkan Padhyangan Project di tahun 1993 seperti mengingatkan kita betapa mirisnya kehidupan anak kost. Hidup mandiri memaksa anak kost untuk belajar mengelola uang kiriman bulanan dari orangtua dengan bijak dan penuh perhitungan, termasuk selama bulan puasa. Logikanya bulan puasa adalah momentum terbaik bagi anak kost untuk berhemat, karena tidak perlu membeli makan siang. Namun karena ‘penyakit lapar mata’ yang rentan menyerang hampir semua orang yang sedang berpuasa, tanpa sadar mempropaganda kita sebagai anak kost untuk mengkonsumsi menu berbuka secara berlebihan, sehingga justru menambah anggaran belanja. Lalu bagaimana cara anak kost berhemat di bulan puasa? Ini dia 5 tips nya!

1.      Perlakukan ‘Saat Berbuka’ Seperti ‘Makan Malam’ Biasa
Peribahasa berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian memang pantas untuk menggambarkan kondisi tubuh kita selama menjalani puasa. Setelah 14 jam perut dan kerongkongan dibiarkan kosong, adalah wajar bagi kita untuk mengganjar perut dan kerongkongan dengan sesuatu yang mengenyangkan dan melegakan, namun jangan berlebihan. Pilih menu berbuka puasa dengan rentang harga yang tidak terlalu berbeda dengan jatah makan malam di hari biasa. Jika harus mengkonsumsi minuman manis seperti jus, carilah minuman subsitusi dengan harga yang lebih murah. Misalnya jika lidah kita menginginkan jus rasa sirsak dengan harga Rp 5000/gelas, kita bisa menggantinya dengan minuman instant dalam sashet seperti Jas Jus dengan pilihan rasa yang sama. Sama-sama mengenyangkan dan melegakan bukan?
2.      Masak Bareng
Memasak dapat menghemat biaya hingga tiga kali lipat dibandingkan jika kita harus membeli makanan di warung, apalagi jika masaknya bareng dengan teman kostan. Sebagai perbandingan, makanan yang kita beli di warung harganya berkisar Rp 10.000/porsi. Itu artinya untuk menu berbuka puasa dan sahur, paling tidak kita harus mengeluarkan biaya Rp 20.000/hari. Namun dengan ‘masak bareng’ dengan teman kost, minimal 5 orang kita hanya perlu mengeluarkan sumbangan Rp 5000/hari, itupun sudah cukup untuk mendapatkan menu lengkap seperti nasi, sayur, lauk, buah dan takjil. Lebih-lebih jika kita mau terjun langsung ke pasar dan menawar. Meski dengan menu sederhana, nikmatnya akan lebih terasa saat kita bisa masak dan berbuka bareng teman.
3.      Rajin-Rajin Berburu Takjil Gratis
Sambil menunggu saat berbuka, kita bisa memanfaatkan waktu untuk berkeliling mencari takjil gratis. Biasanya di pertigaan lampu merah dan lorong-lorong kampus, banyak kelompok dermawan dan instansi pemerintah yang membagikan takjil gratis bagi pengguna jalan. Tidak ada salahnya untuk kita menerima pemberian dari mereka, bukankah itu bisa dikategorikan rejeki?
4.      Memanfaatkan Undangan ‘Ngabuburit’ Gratis
Banyak orang atau badan usaha yang memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai moment untuk berbagi. Tidak jarang Kepala Daerah, rektor, dekan, pemilik cafe hingga radio lokal mengadakan acara ngabuburit gratis tanpa undangan resmi, artinya terbuka untuk umum. Tidak ada salahnya sebagai anak kostan kita memenuhi undangan tersebut. Lagi-lagi ini adalah peluang rejeki.
5.      Rajin Ke Masjid
Masjid adalah rumah Allah dimana kita bisa menemukan kedamaian, ketentraman batin, termasuk keberkahan rejeki selagi kita ikhlas. Sambil menunggu saat berbuka, kita bisa beri’tikaf atau membantu takmir masjid membersihkan karpet sholat. Selain menambah pundi-pundi pahala, faktanya tidak sedikit dermawan yang mencari keberkahan dengan berbagi makanan dan takjil untuk para muadzin, takmir, termasuk para jemaah. Halal-halal saja kita menerima sedekah dari mereka, tapi ingat jangan menjadikan itu sebagai ‘alasan’ kita untuk pergi ke masjid, agar pundi-pundi pahala yang tadinya kita kumpulkan tidak berguguran. Diharapkan nantinya, kebiasaan beri’tikaf dan mengabdi di rumah Allah, tetap akan berlanjut di luar bulan puasa. Karena dalam teorinya, untuk menciptakan suatu ‘kebiasaan baru’ kita hanya perlu melakukannya 6 kali berturut-turut, dan selepasnya kita akan benar-benar menggangapnya sebagai rutinitas.

1 komentar:

  1. Keren. Oiya ngomongin hemat, ternyata ada loh miliarder dunia yang sampe sekarang masih menerapkan gaya hidup hemat. Bahkan, pengeluarannya selama sebulan ga lebih dari 10 juta rupiah. Gokil sih. Nih cerita lengkapnya: Miliarder paling hemat sedunia

    BalasHapus

Sinopsis Film Belahan Jiwa, Sukses Bikin Kita Bingung

Kalau ada film yang sukses bikin kepalaku pening, ya film Belahan Jiwa. Apalagi film Belahan Jiwa hadir di masa mudaku yang belum...